Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Saturday, February 11, 2012

Si Ungu, Obesitas, dan Hipertensi


Dua porsi kecil kentang ungu(Purple Majesty) sehari dapat menurunkan tekanan darah sekitar 4% tanpa menyebabkan kenaikan berat badan. Para peneliti yang menulis riset dalamJournal of Agricultural and Food Chemistry ACS, menyatakan bahwa meskipun efek yang timbul terlihat kecil, tetapi efek tersebut cukup potensial di dalam mengurangi berbagai macam penyebab sakit jantung.

Joe Vinson dkk menyimpulkan bahwa masyarakat USA mengonsumsi kentang lebih banyak dari jenis sayuran yang lainnya. Kentang ungu yang banyak terdapat di pasaran USA memiliki banyak kandungan senyawa antioksidan. Di Korea, kentang ungu dikenal sebagai obat penurun berat badan. Tim Joe Vinson menginvestigasi efek dari mengonsumsi 6-8 potongan kecil kentang ungu yang dimasak menggunakan microwavesebanyak dua kali sehari pada 18 orang relawan yang kebanyakan dari mereka mengalami obesitas dan tekanan darah tinggi. Para relawan dibagi menjadi dua kelompok, yang mengonsumsi kentang dan yang tidak mengonsumsi kentang. Semua relawan melakukannya dalam waktu empat minggu, kemudian perlakuan ditukar selama empat minggu berikutnya (yang mengonsumsi kentang sebelumnya, empat minggu berikutnya menjadi tidak mengonsumsi kentang, dan sebaliknya). Selama penelitian, tekanan darah sistolik dan diastolik diukur, begitu juga berat badan dan indikator kesehatan lainnya.

Tekanan darah diastolik rata-rata menurun sebesar 4.3% dan tekanan sistolik menurun sebesar 3.5%. Mayoritas relawan mengonsumsi obat antihipertensi dan masih menunjukkan penurunan tekanan darah. Tidak ada satu pun relawan yang mengalami kenaikan berat badan. Joe Vinson mengatakan bahwa penelitian lain telah mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam kentang yang memiliki efek pada tubuh yang sama dengan cara kerja pengobatan menggunakan ACE-inhibitor atauangiotensin converting enzyme-inhibitor, obat yang umum dan paling utama dalam hal pengobatan hipertensi. Akan tetapi, Joe Vinson menduga bahwa efek tersebut bisa jadi karena senyawa-senyawa lain yang ada dalam kentang. Para peneliti belum mengetahui secara pasti apakah kentang putih (kentang umum) mempunyai efek yang sama.

Artikel di atas cukup menarik bagi saya, mungkin karena saya punya pengalaman sedikit ‘bekerja’ dengan kentang. Yang saya ketahui varietas kentang ada banyak dan pemanfaatannya secara umum juga berbeda. Ada kentang yang umumnya dimanfaatkan sebagai sayur, keripik, french fries, dll. Biasanya masing-masing kegunaan tersebut didapat dari varietas yang berbeda pula. Kebetulan saya juga belum pernah mengonsumsi kentang ungu. Akan tetapi, dilihat dari warnanya saja yang mencolok, pastilah banyak kandungan antioksidan di dalamnya, mungkin sama seperti ubi jalar ungu. Nah, di Indonesia justru ubi ungu sudah umum dikonsumsi di beberapa daerah. Ada yang memanfaatkannya sebagai ‘nasi’, puding, bahkan sirop. Paling enak menurut saya ya yang dikukus, dibakar, atau dipanggang saja. Siapa tahu beda komoditas, tapi manfaatnya sama.

“Makan dan minumlah dengan bijak; halal, baik, dan enak.”

0 comments:

Post a Comment